Select Page

Akhibati Fillah, banyak diantara kaum muslimin yang memiliki kecintaan dan semangat dalam berinteraksi dengan Al-Qur’an mulai dari tilawah (membaca) hingga tahfizh (menghafal). Akan tetapi cukup banyak kaum muslimin yang kurang memperhatikan tentang masalah baik dan benarnya bacaan Al-Qur’an. Terdapat metode untuk menyempurnakan bacaan Al-Qur’an yang dikenal dengan istilah tahsin.

Tahsin adalah memperbaiki atau membenarkan bacaan Al-Qur’an yakni dengan mengeluarkan huruf dari makhroj-nya, memenuhi sifatnya, dan memperhatikan hukum bacaan sesuai tajwid sebagaimana bacaan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam.

Sayangnya, banyak sekali kaum muslimin yang merasa kesusahan dan kurang bersemangat belajar memperbaiki bacaan Al-Qur’an karena merasa berat untuk mempelajarinya.

Berikut ini terdapat kiat suskes belajar memperbaiki bacaan Al-Qur’an yang disampaikan oleh Ustadz Taufik Hidayat, Lc,  pengajar di Pondok Pesantren Halamatul Qur’an D.I. Yogyakarta.

Niat yang Ikhlas

Kiat pertama tentu adalah niat yang ikhlas karena Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Dalam mempelajari Al-Qur’an secara khusus maupun menuntut ilmu secara umum tentu terdapat godaan-godaan yang datang kepada para penuntut ilmu. Oleh sebab itu belajar untuk memperbaiki bacaan Al Qur’an hendaknya tidak diniatkan untuk mendapatkan pujian dari orang agar dikatakan kita adalah orang yang bagus dalam membaca Al-Qur’an. Tidak pula kita belajar untuk mencari ketenaran (شهرة) yakni untuk dikenal orang lain ataupun niat-niat lain yang sifatnya duniawi. Alangkah merugi orang-orang yang meniatkan belajar Al-Qur’an ataupun menuntut ilmu hanya untuk dunia.

Berdoa Kepada Allah

Selanjutnya adalah berdoa kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala agar diberikan kemudahan dalam belajar memperbaiki bacaan Al-Qur’an. Karena akan didapati nantinya kesulitan-kesulitan misal dalam mengucapkan huruf bahkan hingga lunturnya semangat di dalam belajar memperbaiki bacaan Al-Qur’an. Oleh sebab itu berdoalah kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala Agar dimudahkan untuk belajar memperbaiki bacaan Al-Qur’an.

Keteguhan

Kiat berikutnya adalah (الثبات) atau keteguhan yang kontinyu dan keistiqomahan di dalam belajar memperbaiki bacaan Al-Qur’an. Kunci sukses dalam hal apapun salah satunya adalah kontinyu termasuk di dalamnya adalah belajar memperbaiki bacaan Al-Qur’an. Maka hendaknya kita terus berlatih dan berlatih hari demi hari bulan demi bulan tahun demi tahun, Insya Allah akan ada perubahan di dalam bacaan Al-Qur’an. Dan barangsiapa meninggalkan dan tidak bersabar dalam belajar memperbaiki bacaan Al-Qur’an maka pastilah bacaannya tidak akan mengalami perubahan. Bacaannya akan tetap sama, terjatuh dalam kesalahan yang sama sepanjang hidupnya.

Imam Asy-Syafi’i menasehatkan kepada para penuntut ilmu termasuk pula yang mempelajari bagaimana membaca Al-Qur’an dengan baik agar senantiasa bersabar akan pahitnya menuntut ilmu. Beliau mengatakan di dalam syairnya:

وَمَنْ لَمْ يَذُقْ مُرَّ التَعَلُّمِ سَاعَةً تَجَرَّعَ ذُلَّ الجَهْلِ طُوْلَ حَياتِهِ

“Dan barangsiapa yang tidak pernah merasakan pahitnya menuntut ilmu walaupun sesaat saja ia akan merasakan hinanya kebodohan sepanjang hidupnya.”

Barangsiapa yang tidak merasakan pahitnya menuntut ilmu walau sesaat, dia tidak bersabar untuk melatih lidahnya di dalam mengucapkan huruf-huruf agar bacaannya baik, dia tidak bersabar untuk duduk berlama-lama kepada seorang guru yang mutqin dalam mengajarkan Al-Qur’an maka dia akan meneguk pahitnya kebodohan sepanjang hidupnya. Bacaan Al-Qur’annya tidak akan pernah baik sepanjang hidupnya karena dia tidak bersabar dan tidak kontinyu di dalam belajar memperbaiki bacaan Al-Qur’an.

Berlatih

Kiat terakhir sekaligus penutup adalah sebagaimana perkataan Imam Ibnul Jazariy dalam kitab Manzhumah Jazariyyah

وَلَـيْـسَ بَـيْـنَـهُ وَبَـيْـنَ تَـرْكِـهِ إِلاَّ رِيَـاضَــةُ امْـــرِئٍ بِـفَـكِّــهِ

“Tidak ada perbedaan antara orang yang membaca dengan tajwid dan orang yang meninggalkannya kecuali seseorang yang melatih pengucapan dengan mulutnya”
Maka tidak ada bedanya antara orang yang belajar tajwid dan orang yang meninggalkan belajar tajwid kecuali orang yang senantiasa melatih lidahnya. Maka pembeda antara pembelajar tajwid dan orang awam adalah latihan-latihan di dalam membaca Al-Qur’an kepada seorang guru yang mutqin.